Tragedi TPA Leuwigajah Jangan Sampai Terulang di TPA Binuang

  • Bagikan

POLEWALI – Tragedi Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat, dikhawatirkan juga bisa terjadi juga di TPA Binuang Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulbar.

Pada 21 Februari 2005 silam, terjadi longsor timbunan sampah di TPA Leuwigajah. Kejadiaan nahas itu merenggut 147 korban jiwa serta menghapus dua desa. Peristiwa inilah kemudian yang menjadi tonggak Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap 21 Februari. Peristiwa tersebut menjadi pelajaran penting agar tak terulang di tempat lain, termasuk di TPA Binuang.

Perwakilan Direktorat Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Teddy Setya Mahendra mengungkapkan, apabila dibiarkan demikian, yang dikhawatirkan tragedi TPA Leuwigajah bisa saja terulang kembali.

“Dari pengamatan kami di lapangan juga diskusi dengan beberapa pihak termasuk forkopinda, secara fisik TPA-nya tidak terlampau bermasalah. Tapi ada masalah memang, tapi tidak perlu terlalu mencuat,” jelas Teddy Setya Mahendra.

Di TPA Binuang masih bisa dan harus dibenahim Apabila tidak dibenahi, dapat menjadi bencana. Masalahnya di Ipalnya ini diuji setiap enam bulan, dan itu harus segera dibenahi. “Dan kami kesana, tidak berbau. Artinya sudah benar pengelolaannya,” kata Teddy, Jumat 28 Januari 2022.

“Kondisi sudah dua puluh hari tidak diapa-apakan, saya khawatir bisa banyak lalat yang berdampak pada kesehatan. Bau menyebabkan Ispa, dan lindih dapat menyebabkan gatal. Yang paling parah bisa berefek pada ekonomi jika masyarakat sakit,” kata Teddy.

Duduk bersama KLHK dan Dinas Lingkungan Hidup duduk bersama dengan mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kabupaten Polman terkait persoalan sampai di Polman itu, wakil Ketua DPRD Polman Hamzah Syamsuddin juga hadir.

Dalam diskusi terbuka digelar secara sederhana di rumah makan Cilacap Polewali itu, Perwakilan LSM Rahman Yunus menyampaikan, setelah mendengar penyampaian KLHK bahwa TPA di Binuang ini masih sangat layak dan hanya perlu perbaikan saja. Ia berharap pemerintah segera berupaya agar TPA dapat dimaksimalkan kembali.

“Kita berharap bisa segera difungsikan sesuau hasil penyampaian KLHK yang sudah turun meninjau TPA di sana,” ucap Rahman Yunus.

Ketua Bidang PTKP HMI Cabang Polman Muh Alwin mempertanyakan keseriusan Pemkab Polman selama ini dalam mengelola sampah. Pasalnya banyak TPS3R yang tidak difungsikan, padahal jika ini difungsikan dapat mengurangi beban ke TPA empat sampai lima ton.

“Solusi sekarang jika dikaji secara lingkungan hidup justru akan menimbulkan pencemaran, sampai kapan kita akan menimbul. Hal ini perlu dikaji apalagi sudah sering kunjungan ke luar daerah harusnya sudah ada solusi,” ujar Muh. Alwin.

Aliansi mahasiswa lainnya Muh Arif juga mempertanyakan anggaran yang selama ini untuk pengelolaan sampah yang mencapai miliaran rupiah, namun pengelolaan tidak maksimal.

“Tahun ini anggaran ditingkatkan dari sampai Rp 800 juta. Memang kemarin alat berat kurang optimal karena masalah anggaran,” jelas Rahmat selaku Perencana lingkungan hidup.

Sekertaris DLHK Polman Hikmah mengatakan, akan dilakukan perbaikan karena saat ini sampah sudah ada satu bulan. “Itu harus dikelola, dipadatkan dan ditimbun sekira dua puluh centimeter. Untuk percemaran kategorinya masih ringan, itupun lindihnya mengalir kesawah, dimana ada salah satu bahan kimia yang memang melebihi baku mutu,” jelas Hikmah. (arf/ham)

  • Bagikan