Bangun Kerjasama Beragam Stakeholder, Sukseskan Gratieks di Sulbar

  • Bagikan

MAMUJU – Kementerian Pertanian (Kementan) RI, terus menggaungkan “Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks)”.

Program itu digagas Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, sebagai strategi yang diharapkan mampu menggairahkan potensi agribisnis untuk mempercepat laju ekspor. Sehingga nilai ekspor komoditas pertanian Indonesia meningkat.

Tidak terkecuali, potensi ekspor komoditas pertanian di Sulbar. Selama ini, komoditas ekspor Sulbar hanya didominasi kelapa sawit. Padahal masih banyak komoditas potensial lainnya.

Diantaranya, kakao, kopi, kopra, sarang burung walet dan komoditas lainnya. Oleh sebab itu, Balai Karantina Pertanian Mamuju diberi amanah untuk mengembangkan komoditas tersebut.

Menurut Kepala Karantina Pertanian Mamuju Agus Karyono, berbagai komoditas dari Sulbar sudah sejak lama diekspor. Namun, melalui daerah lain. Sehingga selama ini yang tercatat sebagai pengekspor bukanlah Sulbar.

“Ini sangat merugikan Sulbar, karena benefit yang diterima daerah pengekspor melalui dana perimbangan dari insentif ekspor pusat tidak dinikmati. Padahal dana benefit ini sangat besar. Oleh sebab itu, persoalan ini akan kami perbaiki ke depan untuk pembangunan ekonomi rakyat Sulbar,” ujarnya di kantor Radar Sulbar, Selasa 25 Januari, siang.

Potensi besar yang juga dimiliki Sulbar, adalah Sarang Burung Walet (SBW). Data Karantina Pertanian Mamuju periode 2020-2021, produksi SBW di Sulbar sekira 4 ton. Namun sangat disayangkan, oleh masyarakat Sulbar dijual pada pengusaha daerah Jawa Tengah sebelum dilakukan pembersihan dan pengolahan. Sehingga harga jualnya terbilang kecil, hanya sekira Rp 10 jutaan.

Padahal, jika dilakukan pengolahan terlebih dahulu baru diekspor sendiri, maka pengusaha SBW Sulbar bisa mendapat harga yang lebih besar. Bahkan bisa dua sampai tiga kali lipat. “Keuntungan petani sangat besar jika mengekspor sendiri. Tidak hanya itu, bennefit yang diterima daerah juga besar. Bayangkan jika harga per kg Rp 20 juta dikalikan 4 ton, berapa banyak bennefit yang masuk untuk Sulbar,” ujarnya.

Olehnya, Agus berkomitmen menggencarkan sosialisasi dan menurunkan tenaga ahli untuk melakukan pendampingan pengusaha SBW. “Kita juga akan berkoordinasi dengan instansi teknis terkait, seperti dinas tanaman pangan, holtikultura dan peternakan di Sulbar untuk sosialisasi sarana dan prasarana untuk pengolahan sarang walet di Sulbar,” ujarnya.

Untuk itu, Ia pun berharap dukungan media mensupport. Agus berharap media dapat bekerjasama dengan Karantina Pertanian Mamuju untuk mensosialisasikan komoditas unggulan yang dimiliki Sulbar dan program Gratieks kepada masyarakat Sulbar.

“Media sebagai agen informasi dan stakeholder yang berperan penting terhadap percepatan akselerasi ekspor melalui publikasi. Sosialisasi Gratieks tidak hanya berkoordinasi dengan instansi terkait, tapi kita perlu upaya yang lebih agar masyarakat juga tahu dan ikut terlibat mendukung Gratieks yaitu dengan cara koordinasi ke media massa,” ujarnya.

Terkait itu, Direktur Radar Sulbar Mustafa Kufung saat menerima kunjungan Agus mengaku siap memberi dukungan program Gratieks yang saat ini digagas Kementan RI. Mustafa pun menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan tersebut.

“Kami sebagai media berkewajiban mendorong peningkatan perekonomian Sulbar. Jika perekonomian Sulbar baik, kami juga akan dapat manfaatnya. Oleh sebab itu, jika ada program-program baru yang mau disosialisasikan, kami siap membantu,” ujarnya. (ian/dir)

  • Bagikan